Wednesday 3 December 2014

implementasi pendidikan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
         Secara etimologi, sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius (bahasa latin) artinya teman, dan logos ( bahasa yunani) yang berarti kata, perkataan atau pembicaraan. Secara harfiah, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Sosiologi dapat didefinisikan sebagai study ilmiah tentang masyarakat dan tentang aspek kehidupan manusia yang diambil dari ” kehidupan di dalam masyarakat ” (Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial). Sosiologi banyak memberikan pengetahuan tentang cara-cara berprilaku seseorang dalam masyarakat  sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat tersebut. Dengan ilmu sosiologi diharapkan seseorang memiliki pengetahuan yang lebih lengkap tentang bagaimana harus berprilaku dalam melakukan penyesuaian diri di masyarakat. Obyek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Kajian ini akan memberikan pengetahuan tambahan bagi siapapun yang mempelajarinya untuk melengkapi pengetahuan-pengetahuan dalam praktik pergaulan di dalam masyarakat.
            Sedangkan yang dimaksud dengan sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi jika seseorang menghayati dan melaksanakan norma-norma tempat ia hidup sehingga akan merasa kelompoknya. Dipandang dari sudut kepentingan individu, sosialisasi adalah suatu proses sosial yang tejadi jika  seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berprilaku yang sesuai dengan prilaku kelompoknya. Proses sosialisasi merupakan proses tempat, dimana seseorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berkelakuan sesuai dengan perilaku kelompoknya. Proses sosialisasi membuat  seorang individu berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk sosial yang tahu berprilaku di tengah-tengah masyarakat.

1.      Media atau agen sosialisasi :
a.    Keluarga (kinship)
b.    Teman pergaulan
c.    Lembaga pendidikan formal (sekolah)
d.   Media massa
e.    Agen-agen lain
2.      Bentuk sosialisasi :
a.    Sosialisasi Primer : merupakan proses sosialisasi yang terjadi pada saat anak masih kecil sekitar  usia 0 sampai 4 tahun.
b.    Sosialisasi Sekunder : merupakan proses sosialisasi yang terjadi setelah sosialisasi primer dan berlangsung sampai akhir  hayatnya.
3.      Tahap Sosialisasi :
a.    Tahap persiapan (Preparatory Stage)
b.    Tahap meniru (Play Stage)
c.    Tahap siap bertindak (Game Stage)
d.   Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Sosialisasi akan membentuk kepribadian dipengaruhi oleh Faktor Pembentuk Lainnya dan Dasar Perkembangan.
1.      Faktor Pembentuk kepribadian :
a.    Kebudayaan
b.    Warisan biologis
c.    Pengalaman kelompok dan individu
d.   Lingkungan fisik
2.      Dasar Perkembangan kepribadian :
a.    Sifat dasar
b.    Lingkungan prenatal
c.    Perbedaan perorangan
d.   Lingkungan
e.    Motivasi
3.      Tahap-tahap Pembentukan Kepribadian : Menurut Freud
a.       ahap Oral (mulut)
b.      Tahap Anal
c.       Tahap Phallic
d.      Tahap Latency
e.       Tahap Genital
4.      Menurut Jung
a.       Usia anak (Childhood)
b.      Usia Pemuda
c.       Usia Pertengahan
d.      Usia Tua














BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Antara Sosialisasi Dengan Pembentukan Kepribadian        
Sosialisasi adalah sebuah proses mempelajari dan menghayati norma serta perilaku yang selaras dengan peran peran sosial yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Jadi, pada saat terjadi sosialisasi saat itu pula sejalan dengan proses pembentukan kepribadian
             Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi bila seseorang individu menghayati dan melaksanakan norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga akan merasa menjadi bagian dari kelompoknya tadi. Kepribadian adalah abstraksi dari pola perilaku manusia secara individual. Jadi, kepribadian merupakan ciri-ciri atau watak yang khas dari seorang individu sehingga memberikan identitas yang khas bagi individu yang bersangkutan.
        Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kepribadian merupakan abstraksi atau pengorganisasian dari sikap-sikap seorang individu untuk berprilaku dalam rangka berhubungan dengan orang lain (berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yang terjadi dalam lingkungan masyarakatnya. Dengan kata lain, pola prilaku yang merupakan perwujudan dari kepribadian seorang individu akan disesuaikan dengan sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya.
            Akan tetapi nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat akan sulit terwujud jika tidak disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat. Dibutuhkan proses belajar atau sosialisasi untuk mencapai kesesuaian antara kepribadian dan nilai atau norma tersebut. Dengan demikian, kepribadian dapat menjadi acuan (blue print) bermasyarakat yang disebut kebudayaan. Sebaliknya sifat kebudayaan yang dinamis akan memerlukan sosialisasi agar sesuai dengan kepribadian masyarakat saling keterkaitan antara kehidupan tersebut berlangsung terus dalam lingkaran kehidupan (life cycle).
B. Pembentukan Kepribadian Sebagai Hasil Sosialisasi
          Setiap individu dalam masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa. Seseorang akan mencari pola perilaku atau sikap dan nilai-nilai yang ditekankan oleh kebudayaannya sebagai hal yang penting untuk mencapai kebiasaan dan prestasi pribadi.
Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, nilai yang memengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang diharapkan. Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan sifat-sifat yang tampak dan yang dapat dilihat seseorang. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa kepribadian tidak hanya terlihat dari ciri-ciri fisik, seperti rambutnya keriting atau kulitnya yang hitam saja, tetapi juga ciri lainnya, seperti kebiasaan dan sikapnya.Kepribadian terbentuk, hidup, dan berubah sejalan dengan proses sosialisasi.
C. Penerapan Pengetahuan Sosiologi di Masyarakat
            Sosiologi adalah suatu kajian tentang masyarakat dan hubungannya dengan lingkungan di mana masyarakat bertempat tinggal. Kajian tersebut memberikan pengetahuan bagi siapa saja yang mempelajari. Pengetahuan sosiologi memberikan manfaat dan dapat diaplikasikan (diterapkan) dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang keberhasilan seseorang dalam kehidupannya di masyarakat. Pengatahuan sosiologi dapat diterapkan dalam proses sosialisasi yang secara tidak langsung ikut berperan serta dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Oleh karena itu, peranan pengetahuan sosiologi dalam proses sosialisasi yang secara tidak langsung ikut membentuk kepribadian seorang individu  mempunyai hubungan yang sangat erat, karena ilmu pengetahuan sosiologilah seorang individu dapat dibentuk kepribadiannya sedemikian rupa hingga menjadi seorang individu yang berprilaku sebagaimana di kalangan masyarakat tempat tinggalnya.
D. Penerapan Pengetahuan Sosiologi Tentang Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
             Pengetahuan sosiologi tentang proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian membantu seseorang untuk memahami bagaimana ia harus bersosialisasi dalam masyarakat  agar mempunyai kepribadian yang baik.
= contoh : seorang ibu akan mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan kekerasan fisik atau emosional memberikan teladan yang baik, menumbuhkan sikap tolong-menolong, dan sikap saling menghargai sesama manusia.
            Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang meberikan pemecahan atas berbagai masalah dengan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sangat berkaitan erat dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pengetahuan sosiologi dapat diterapkan di dalam masyarakat untuk membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang agar perilakunya sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Pengetahuan sosiologi dapat membantu dalam proses sosialisasi, maksudnya adalah apabila pengetahuan sosiologi yang dianut oleh suatu masyarakat itu salah, maka akan menyebabkan proses sosialisasi itu akan membentuk kepribadian seseorang pun mengikuti masyarakat sekitarnya yang memang sudah menganut suatu pengetahuan sosiologi yang salah.




BAB III
KESIMPULAN

A.      Penerapan pengetahuan sosiologi berkaitan erat dengan proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang individu.Dengan penerapan pengetahuan sosiologi yang baik dalam kehidupan di masyarakat otomatis akan membentuk proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang baik pula.















DAFTAR PUSTAKA

Ø  humisar-fredy, ” penerapan-pengetahuan-sosiologi”, dalam http://humisar-fredy.blogspot.com/2011/10/penerapan-pengetahuan-sosiologi-di.html
diakses pada hari selasa 18 Nopember 2014
Ø  ulienandari, " penerapan-sosiologi-dalam-kehidupan” dalam http://.blogspot.com/2009/12/penerapan-sosiologi-dalam-kehidupan_9105.html diakses pada hari rabu 19 Nopember 2014
Ø  jiwastate.blogspot.com,” penerapan-sosiologi-dalam-kehidupan”, dalam http://jiwastate.blogspot.com/2011/10/penerapan-sosiologi-dalam-kehidupan.html. diakses pada hari selasa 18 Nopember 2014









No comments:

Post a Comment