PERADABAN ISLAM PADA MASA
DAULAH BANI UMAYYAH TIMUR
Makalah Ini Ditulis untuk
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Peradapan
Islam
Dosen Pengampu Mahsun Mahfudz,
M.Ag
Disusun oleh:
Kelompok 6
1.
Ahmad Jiehan Maududy NIM. 06131205
2. Basuki Rahmat A NIM.
06131162
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLOTUL
ULAMA (STAINU)
PURWOREJO
2009
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur
penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Masa
Daulah Umayyah Timur”. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Kebudayaan Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan
dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai masa munculnya Daulah Umayyah Timur.
Makalah ini dianjurkan
untuk dibaca oleh mahasiswa sebagai dasar dan pijakan di masa mendatang,
seperti ungkapan Bung Karno “Jadikanlah masa lalu sebagai jas merah”. Makalah
ini juga dapat dijadikan sebagai literatur perbandingan mengenai peristiwa
maupun aspek yang melingkupi tema Masa Daulah Umayyah itu sendiri, hal ini
dikarenakan dalam pembuatan makalah ini berdasar pada berbagai referensi
buku-buku mengenai sejarah perkembangan pada masa Daulah Umayyah Timur serta
melalui media internet.
Tak ada gading yang tak
retak, begitulah adanya makalah ini yang penuh dengan keterbatasan kekurangan.
Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari pembaca guna peningkatan dan perbaikan pada pembuatan makalah
mendatang.
Purworejo, 16 April 2009
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Sering kita mendengar
bahwa peristiwa masa lalu bisa dijadikan
sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah
“jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan
menuntut ilmu tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu.
Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil makna dari setiap
peristiwa yang pernah terjadi.
Dalam makalah kali ini
akan dibahas mengenai Islam pada masa Daulah Umayyah Timur, atau tepatnya masa
pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan . Dan untuk lebih detailnya tentang hal ini
akan diuraikan dalam bab Pembahasan.
Dengan segala keterbatasan
tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara
rinci, tapi akan dibahas inti dari masa daulah umayyah timur pada waktu itu,
yaitu mengenai sub pokok bahasan seperti yang telah tertuang dalam kata
pengantar, meliputi:
- Bagaimana kemunculan daulah Umayyah , serta cara-cara yang ditempuh
hingga daulah Umayyah ini berdiri.
- Masa daulah Umayyah, yaitu membahas mengenai pada masa khalifah
siapakah masa kejayaan itu terjadi dan hal hal yang terjadi dalam masa
pemerintahannya.
Demikianlah sedikit
gambaran mengenai isi makalah ini yang tim penulis buat dengan metode literatur
kaji pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami
buat serta pencarian sumber-sumber dari internet dan berdasar pada diskusi yang
kami lakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Daulah Bani Umayyah
(Masa Kemajuan Islam)
Daulah Umayyah berasal dari nama “Umayyah ibn ‘Abbdi
Syam ibn Abdi Manaf,, salah seorang pemimpin suku Quraisy pada zaman Jahiliyah.
Bani Umayyah baru masuk Islam setelah Nabi Muhammad Saw menaklukkan Mekah (Fathu Makkah).
Sepeninggal kholifah Ali bin Abi Tholib (656-661),
sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan
bin Ali. Beliau memerintah sekitar 3 bulan, setelah itu jabatannya dialihkan
kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, karena beliau menyadari kelemahan dan
kekurangan dalam kepemimpinannya, dia berfikir Muawiyah yang lebih cocok untuk
memimpin Umat Islam.
Pada tahun 661 M, terjadilah perpindahan kekuasaan dari
Hasan kepada Muawiyah. Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kuffah,
kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah “Amul Jama’ah”.
Perpindahan kekuasaan kepada Muawiyah ibn Sufyan telah
mengakhiri bentuk pemerintahan yang demokratis. Kekholifahan ini menjadi
semacam monarchi absolut.
Dan kekholifahan ini bertahan kurang lebih sampai 90
tahun, dimulai dari tahun 661 – 750 M. yaitu dimulai pada masa kekuasaan
Muawiyah Ibn Abi Sufyan, dimana pemerintahan yang bersifat Islamiyyah berubah
menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yaitu setelah al-Hasan bin
'Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan dalam
rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda fitnah
akibat terbunuhnya Utsman Ibn Affan, perang jamal dan penghianatan dari
orang-orang al-khawarij dan syi'ah.
Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika
Muawiyah Ibn Abu Sufyan mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadap anaknya, Yazid Ibn Muawiyah. Muawiyah Ibn Abu Sufyan bermaksud
mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan
istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu
untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya "khalifah Allah"
dalam pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah.
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Utsman Ibn
Affan dan Ali Ibn Abi Thalib dilanjutkan
kembali oleh daulah ini. Di zaman Muawiyah Ibn Abu Sufyan , Tunisia dapat
ditaklukkan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke
sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel
Para Khalifah yang cukup berpengaruh dari Bani Umayyah
ini adalah:
- Mu’wiyah (661),
- Yazid I (680),
- Mu’awiyah II (683),
- Marwan I (683)
- Abdul Malik (685),
- Walid I (705),
- Sulaiman (715)
- Umar II (717),
- Yazid II (720),
- Hisyam (724),
- Walid II (743),
- Yazid III (744),
- Ibarahim (744), dan
- Marwan II (744-750).
Periode Bani Umayyah dapat dibagi
menjadi tiga masa: Permulaan, ditandai dengan usaha-usaha Mu’awiyah meletakkan
dasar2 pemerintahan dan orientsi kekuasaan; pembunuhan terhadap Husain ibn Ali,
perampasan kota Madinah, penyerbuan kota Makkah pada masa Yazid I, dan
perselisihan antar suku2 Arab pada masa Mu’awiyah II.
B.
Khalifah-khalifah dari
keturunan Abu Sufyan
- Mu’wiyah (41 H./661-680)
Muawiyah dilahirkan sekitar 15 tahun sebelum hijriyah
dan masuk Islam pada hari penaklukan Mekah. Beliau diangkat langsung oleh
Rasulullah sebagai anggota sidang penulis wahyu yang bertujuan agar Muawiyah
lebih akrab dan Islam ini benar-benar tertanam dalam hatinya.
Dalam perjalanan sejarah hidupnya, kemudian dia diangkat
sebagai Gubernur Damaskus, dari sini karir politiknya dilakukan secara
perlahan, yang kemudian mengantarkannya ke puncak kekuasaan. Diantara yang
dilakukan adalah perluasan wilayah dan berusaha menaklukkan beberapa daerah
kekuasaan Byzantium dan Persia.
Semenjak berkuasa, muawiyah memulai langkah-lankah baru
untuk merekonstruksi otoritas dan sekaligus kekuasaan khilafah, dan menerapkan
paham golongan bersama dengan elite pemerintah, ia mulai mengubah koalisi
kesukuan arab menjadi sebuah sentralisasi monarkis. Ia memperkuat barisan
militer dan memperluas kekuasaan administratif negara dan merancang
alasan-alasan moral politis yang baru demi kesetiaan terhadap khalifah,
diantara langkah-langkah tersebut adalah :
- dalam tata keamanan negara
ia berusaha menertibkan kebijakan militer dengan tetap
mempertahankan panglima-panglima arab yang mengepalai pasukan kesukuan arab.
Untuk memenuhi interest para pemimpin suku, sejumlah penaklukan diarahkan ke
afrika utara dan iran timur. Pada front syiria muawiyah mempertahankan
perdamaian dengan imperium (kerajaan yang dikuasai secara turun-temurun)
bizantium sehingga ia dapat mengerahkan kekuatan pasukan syiria untuk tujuan
perlindungan kebijakan internal
- dalam bidang ekonomi
muawiyah berusaha memantapkan pendapatan negara dari
penghasilan pribadi dan lahan pertanian yang diambil dari byzantium dan
sasania, dan dari investasi pembukaan tanah baru dan irigasi
- dalam pemerintahan
muawiyah menerapkan aspek patriarkal khilafah, kebijakan
politik dan kekuasaan finansial yang ditempuhnya berasal dari nilai-nilai
tradisi arab. Sifat-sifat dan kemampuan muawiyah sebagai sebuah pribadi adalah
lebih berarti daripada institusi manapun. Ia sangat terkenal dengan sifat
santunnya dan merupakan sebuah bakat untuk memperlakukan pengikutnya sehingga
mereka berkenan bekerja sama tanpa adanya rasa bahwa kedudukan mereka sedang
diperdaya. Pemerintahannya ditandai dengan upaya sentralisasi kekuasaan negara
dan sejumlah seruan khalifah yang non-islami, bahkan pemerintahannya didasarkan
pada jaringan kerja pribadi dan kekerabatan.
Beberapa dekade dari masa pemerintahan muawiyah tidak
lepas dari faktor-faktor perselisihan akibat perang. Warga Madinah menentang
quraisy lantaran merampas kedudukan mereka, kalangan syiah (keturunan ali)
menginginkan penguasaan terhadap jabatan khilafah sehingga konflik kesukuan
arab senatiasa terjadi. Muawiyah mampu mengendalikan bangsa arab dengan
kecap\kapan pribadinya serta dibentengi oleh kekuatan militer yang handal.
- Yazid (680-683) dan Muawiyah II (683)
Perang sipil kedua merupakan sebuah akibat dari konflik
interest dan bertumpu pada 3 permasalahan, yaitu :
- pertempuran antara kalangan aristokrat arab merebutkan kekuasaan atas khilafah
- persaingan anta kelompok
- pemberontakan sekte keagamaan
khalifah yazid sebagai pengganti ayahnya muawiyah
setelah meninggal dunia, haruslah berhadapan dengan kelompok baru makkah dan
kelompok ali yang berusaha merebut khilafah.
Periode perang sipil kedua ini ditandai dengan meluasnya
permusuhan kelompok antar kalangan arab. Koalisi kesukuan syiria, yang selama
beberapa dekade memihak pada pemerintahan muawiyah, pecah menjadi dua koalisi
yang saling berperang yakni Yaman dan Qays, bahkan pertempuran ini merembet ke
iraq dan khurasan. Pada masa ini, kalangan kharijiyah yang mengingkari Ali
setelah perang Shiffin juga melancarkan pemberontakan.
Kharijiayah membentuk sejumlah perkumpulan kecil yang
anggotanya sekitar 30 sampai 100 orang laki-laki. Setiap perkumpulan tersebut
pada dasarnya merupakan kelompok teroris dan sekte agama yang fanatik,
mengklaim sebagai kelompok muslim yang benar dan pemberontakannya melalui
justifikasi agama. Perkumpulan ini mirip sebagai perkumpulan yang dibangun
berakar dari individual yang berkembang menjadi persekutuan melalui
gerakan-gerakan sektarian, namun kelompok ini akhirnya dapat didimusnahkan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Daulah bani Umayyah Timur merupakan salah satu bentuk
kaekhilafahan dari Bani Umayyah yang terbentuk setelah kekhalifahan
khulafaurrasyidin, muawiyah berasal dari suku Quraisy pada zaman Jahiliyah.
Bani Umayyah baru masuk Islam setelah Nabi Muhammad Saw menaklukkan Mekah
Pada masa kekacauan setelah meninggalnya Ali Bin Abi
Tholib muawiyah mengumumkan diri sebagai khalifah dan diterima oleh kelompok
interest yang dominan serta mengakhiri kedudukan makkah dan madinah melalui
perpindahan pusat kekhilafahan ke Damaskus.
Muawiyah adalah seorang pribadi yang santun namun
dibalik kesantunannya terpendam kelicikan yang tidak disadari oleh kaumnya
serta labih menfokuskan pada kekuatan militernya untuk melindungi kekuasaanya
pada saat itu.
Pada akhir periode dinasti ini, yang mampu bertahan
bukanlah karena konsensus melainkan karena kekuatan militer.
B.
Saran
Belajar dari masa lalu merupakan sesuatu yang perlu kita
lakukan. Dari uraian di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa kekerasan
tidaklah selalu dapat menyelesaikan masalah, bahkan akan menambah permaslahan.
Di samping itu kita sebagai umat Islam juga harus bisa menjaga persatuan dan
kesatuan agar musuh-musuh Islam tidak bisa menghancurkan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Hassan
Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Syalabi, A. 1983. Sejarah
dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Internet, google.com
No comments:
Post a Comment