Friday 14 November 2014

makalah PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH TIMUR


PERADABAN ISLAM PADA MASA
 DAULAH BANI UMAYYAH TIMUR




Makalah Ini Ditulis untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Peradapan Islam
Dosen Pengampu Mahsun Mahfudz, M.Ag
























Disusun oleh:

Kelompok 6

1.     Ahmad Jiehan Maududy                   NIM. 06131205
2.     Basuki Rahmat A                    NIM. 06131162







SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLOTUL ULAMA (STAINU)
PURWOREJO
2009


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Masa Daulah Umayyah Timur”. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai masa munculnya Daulah Umayyah Timur.
Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh mahasiswa sebagai dasar dan pijakan di masa mendatang, seperti ungkapan Bung Karno “Jadikanlah masa lalu sebagai jas merah”. Makalah ini juga dapat dijadikan sebagai literatur perbandingan mengenai peristiwa maupun aspek yang melingkupi tema Masa Daulah Umayyah itu sendiri, hal ini dikarenakan dalam pembuatan makalah ini berdasar pada berbagai referensi buku-buku mengenai sejarah perkembangan pada masa Daulah Umayyah Timur serta melalui media internet.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini yang penuh dengan keterbatasan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna peningkatan dan perbaikan pada pembuatan makalah mendatang.

Purworejo, 16 April 2009

Tim Penyusun


 BAB I
PENDAHULUAN


Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu  bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan menuntut ilmu tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil makna dari setiap peristiwa yang pernah terjadi.
Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Islam pada masa Daulah Umayyah Timur, atau tepatnya masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan . Dan untuk lebih detailnya tentang hal ini akan diuraikan dalam bab Pembahasan.
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari masa daulah umayyah timur pada waktu itu, yaitu mengenai sub pokok bahasan seperti yang telah tertuang dalam kata pengantar, meliputi:
  1. Bagaimana kemunculan daulah Umayyah , serta cara-cara yang ditempuh hingga daulah Umayyah  ini berdiri.
  2. Masa daulah Umayyah, yaitu membahas mengenai pada masa khalifah siapakah masa kejayaan itu terjadi dan hal hal yang terjadi dalam masa pemerintahannya.
Demikianlah sedikit gambaran mengenai isi makalah ini yang tim penulis buat dengan metode literatur kaji pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat serta pencarian sumber-sumber dari internet dan berdasar pada diskusi yang kami lakukan.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Daulah Bani Umayyah (Masa Kemajuan Islam)

Daulah Umayyah berasal dari nama “Umayyah ibn ‘Abbdi Syam ibn Abdi Manaf,, salah seorang pemimpin suku Quraisy pada zaman Jahiliyah. Bani Umayyah baru masuk Islam setelah Nabi Muhammad  Saw menaklukkan Mekah (Fathu Makkah).

Sepeninggal kholifah Ali bin Abi Tholib (656-661), sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan bin Ali. Beliau memerintah sekitar 3 bulan, setelah itu jabatannya dialihkan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, karena beliau menyadari kelemahan dan kekurangan dalam kepemimpinannya, dia berfikir Muawiyah yang lebih cocok untuk memimpin Umat Islam.

Pada tahun 661 M, terjadilah perpindahan kekuasaan dari Hasan kepada Muawiyah. Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kuffah, kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah “Amul Jama’ah”.

Perpindahan kekuasaan kepada Muawiyah ibn Sufyan telah mengakhiri bentuk pemerintahan yang demokratis. Kekholifahan ini menjadi semacam monarchi absolut.

Dan kekholifahan ini bertahan kurang lebih sampai 90 tahun, dimulai dari tahun 661 – 750 M. yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah Ibn Abi Sufyan, dimana pemerintahan yang bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yaitu setelah al-Hasan bin 'Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda fitnah akibat terbunuhnya Utsman Ibn Affan, perang jamal dan penghianatan dari orang-orang al-khawarij dan syi'ah.

Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah Ibn Abu Sufyan mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid Ibn Muawiyah. Muawiyah Ibn Abu Sufyan bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya "khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah.

Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib  dilanjutkan kembali oleh daulah ini. Di zaman Muawiyah Ibn Abu Sufyan , Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah timur, Muawiyah  dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel

Para Khalifah yang cukup berpengaruh dari Bani Umayyah ini adalah:
  1. Mu’wiyah (661),
  2. Yazid I (680),
  3. Mu’awiyah II (683),
  4. Marwan I (683)
  5. Abdul Malik (685),
  6. Walid I (705),
  7. Sulaiman (715)
  8. Umar II (717),
  9. Yazid II (720),
  10. Hisyam (724),
  11. Walid II (743),
  12. Yazid III (744),
  13. Ibarahim (744), dan
  14. Marwan II (744-750).

Periode Bani Umayyah dapat dibagi menjadi tiga masa: Permulaan, ditandai dengan usaha-usaha Mu’awiyah meletakkan dasar2 pemerintahan dan orientsi kekuasaan; pembunuhan terhadap Husain ibn Ali, perampasan kota Madinah, penyerbuan kota Makkah pada masa Yazid I, dan perselisihan antar suku2 Arab pada masa Mu’awiyah II.

B.     Khalifah-khalifah dari keturunan Abu Sufyan

  1. Mu’wiyah (41 H./661-680)
Muawiyah dilahirkan sekitar 15 tahun sebelum hijriyah dan masuk Islam pada hari penaklukan Mekah. Beliau diangkat langsung oleh Rasulullah sebagai anggota sidang penulis wahyu yang bertujuan agar Muawiyah lebih akrab dan Islam ini benar-benar tertanam dalam hatinya.

Dalam perjalanan sejarah hidupnya, kemudian dia diangkat sebagai Gubernur Damaskus, dari sini karir politiknya dilakukan secara perlahan, yang kemudian mengantarkannya ke puncak kekuasaan. Diantara yang dilakukan adalah perluasan wilayah dan berusaha menaklukkan beberapa daerah kekuasaan Byzantium dan Persia.
Semenjak berkuasa, muawiyah memulai langkah-lankah baru untuk merekonstruksi otoritas dan sekaligus kekuasaan khilafah, dan menerapkan paham golongan bersama dengan elite pemerintah, ia mulai mengubah koalisi kesukuan arab menjadi sebuah sentralisasi monarkis. Ia memperkuat barisan militer dan memperluas kekuasaan administratif negara dan merancang alasan-alasan moral politis yang baru demi kesetiaan terhadap khalifah, diantara langkah-langkah tersebut adalah :
    1. dalam tata keamanan negara
ia berusaha menertibkan kebijakan militer dengan tetap mempertahankan panglima-panglima arab yang mengepalai pasukan kesukuan arab. Untuk memenuhi interest para pemimpin suku, sejumlah penaklukan diarahkan ke afrika utara dan iran timur. Pada front syiria muawiyah mempertahankan perdamaian dengan imperium (kerajaan yang dikuasai secara turun-temurun) bizantium sehingga ia dapat mengerahkan kekuatan pasukan syiria untuk tujuan perlindungan kebijakan internal
    1. dalam bidang ekonomi
muawiyah berusaha memantapkan pendapatan negara dari penghasilan pribadi dan lahan pertanian yang diambil dari byzantium dan sasania, dan dari investasi pembukaan tanah baru dan irigasi
    1. dalam pemerintahan
muawiyah menerapkan aspek patriarkal khilafah, kebijakan politik dan kekuasaan finansial yang ditempuhnya berasal dari nilai-nilai tradisi arab. Sifat-sifat dan kemampuan muawiyah sebagai sebuah pribadi adalah lebih berarti daripada institusi manapun. Ia sangat terkenal dengan sifat santunnya dan merupakan sebuah bakat untuk memperlakukan pengikutnya sehingga mereka berkenan bekerja sama tanpa adanya rasa bahwa kedudukan mereka sedang diperdaya. Pemerintahannya ditandai dengan upaya sentralisasi kekuasaan negara dan sejumlah seruan khalifah yang non-islami, bahkan pemerintahannya didasarkan pada jaringan kerja pribadi dan kekerabatan.
           
Beberapa dekade dari masa pemerintahan muawiyah tidak lepas dari faktor-faktor perselisihan akibat perang. Warga Madinah menentang quraisy lantaran merampas kedudukan mereka, kalangan syiah (keturunan ali) menginginkan penguasaan terhadap jabatan khilafah sehingga konflik kesukuan arab senatiasa terjadi. Muawiyah mampu mengendalikan bangsa arab dengan kecap\kapan pribadinya serta dibentengi oleh kekuatan militer yang handal.


  1. Yazid (680-683) dan Muawiyah II (683)
Perang sipil kedua merupakan sebuah akibat dari konflik interest dan bertumpu pada 3 permasalahan, yaitu :
    1. pertempuran antara kalangan aristokrat arab merebutkan kekuasaan atas khilafah
    2. persaingan anta kelompok
    3. pemberontakan sekte keagamaan

khalifah yazid sebagai pengganti ayahnya muawiyah setelah meninggal dunia, haruslah berhadapan dengan kelompok baru makkah dan kelompok ali yang berusaha merebut khilafah.

Periode perang sipil kedua ini ditandai dengan meluasnya permusuhan kelompok antar kalangan arab. Koalisi kesukuan syiria, yang selama beberapa dekade memihak pada pemerintahan muawiyah, pecah menjadi dua koalisi yang saling berperang yakni Yaman dan Qays, bahkan pertempuran ini merembet ke iraq dan khurasan. Pada masa ini, kalangan kharijiyah yang mengingkari Ali setelah perang Shiffin juga melancarkan pemberontakan.

Kharijiayah membentuk sejumlah perkumpulan kecil yang anggotanya sekitar 30 sampai 100 orang laki-laki. Setiap perkumpulan tersebut pada dasarnya merupakan kelompok teroris dan sekte agama yang fanatik, mengklaim sebagai kelompok muslim yang benar dan pemberontakannya melalui justifikasi agama. Perkumpulan ini mirip sebagai perkumpulan yang dibangun berakar dari individual yang berkembang menjadi persekutuan melalui gerakan-gerakan sektarian, namun kelompok ini akhirnya dapat didimusnahkan  











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Daulah bani Umayyah Timur merupakan salah satu bentuk kaekhilafahan dari Bani Umayyah yang terbentuk setelah kekhalifahan khulafaurrasyidin, muawiyah berasal dari suku Quraisy pada zaman Jahiliyah. Bani Umayyah baru masuk Islam setelah Nabi Muhammad  Saw menaklukkan Mekah
Pada masa kekacauan setelah meninggalnya Ali Bin Abi Tholib muawiyah mengumumkan diri sebagai khalifah dan diterima oleh kelompok interest yang dominan serta mengakhiri kedudukan makkah dan madinah melalui perpindahan pusat kekhilafahan ke Damaskus.
Muawiyah adalah seorang pribadi yang santun namun dibalik kesantunannya terpendam kelicikan yang tidak disadari oleh kaumnya serta labih menfokuskan pada kekuatan militernya untuk melindungi kekuasaanya pada saat itu.
Pada akhir periode dinasti ini, yang mampu bertahan bukanlah karena konsensus melainkan karena kekuatan militer.

B.     Saran
Belajar dari masa lalu merupakan sesuatu yang perlu kita lakukan. Dari uraian di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa kekerasan tidaklah selalu dapat menyelesaikan masalah, bahkan akan menambah permaslahan. Di samping itu kita sebagai umat Islam juga harus bisa menjaga persatuan dan kesatuan agar musuh-musuh Islam tidak bisa menghancurkan kita.




DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.

Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.

Internet, google.com




No comments:

Post a Comment