Friday 21 November 2014

makalah Sejarah Pendidikan Islam Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasiyiyah

TUGAS
Sejarah Pendidikan Islam
Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasiyiyah
Makalah ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok
Mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing : Uan Abdulhanan, S.Ag.MA







Disusun Oleh :

1.      Mabrur
2.      Marliyah                11130063
3.      Laelatuk khurijah  111300




PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDHATUL ULAMA
PURWOREJO 2013








BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Masa pemerintahan bani Abbasyiyah merupakan puncak perkembangan pendidikan Islam di dunia. Selama pemerintahan bani Abbasyiyah, banyak bidang pendidikan Agama maupun bidang pendidikan umum yang muncul beserta tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan pendidikan tersebut.
Pendidikan Islam yang sangat berkembang pada masa Bani Abbasyiyah yaitu pada pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, pendidikan Islam sangat berkembang pesat sehingga banyak ilmu-ilmu baru yang sampai saat ini terus dikembangkan, misalnya dalam ilmu umum diantaranya bidang filsafat, astronomi, kedokteran, matematika, dan lain-lain. Juga dalam ilmu agama diantaranya tafsir, kalam, tasawuf, dan lain-lain.
1.2.Tujuan
  1. Memahami sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa bani Abbasyiyah.
  2. Mengetahui tokoh-tokoh pendidikan islam yang berpengaruh pada masa bani Abbasyiyah.
  3. Mengetahui lembaga-lembaga yang ada pada masa bani Abbasyiyah.
  4. Mengetahui kurikulum pendidikan yang terapkan pada masa bani Abbasyiyah.
1.3.Rumusan masalah
  1. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa bani Abbasyiyah?
  2. Siapa sajakah tokoh-tokoh pendidikan islam yang berpengaruh pada masa bani Abbasyiyah?
  3. Apa saja lembaga-lembaga yang ada pada masa bani Abbasyiyah?
  4. Bagaimana kurikulum pendidikan yang diterapkan pada masa bani Abbasyiyah























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah
Popularitas daulah Abbasyiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mum (813-833 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah, senang bershadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama, senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
2.2 Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah
Beberapa ilmuwan muslim pada masa Daulat Abbasyiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:
·         Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina.
·         Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan.
·         Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae.
·         Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah. Diantara tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain:
  1. Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-
    Ghazali,Ibnu Rusyid.
  2. Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra ,Ar-Razi.
  3. Bidang Matematika: Umar al-Farukhan , al-Khawarizmi.
  4. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama,
berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu
pengetahuan, antara lain :
1. Ilmu Umum
a.       Ilmu Filsafat
1)    Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2)    Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3)    Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4)    Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5)    Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
6)    Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al
Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan lainlain
7)    Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah
dan lain-lain
b.        Bidang Kedokteran
1)      Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2)      Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai
penterjemah bahasa asing.
3)      Thabib bin Qurra (836-901 M)
4)      Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan
campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c.        Bidang Matematika
1)    Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2)    Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).

d.      Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal
dalam perbintangan ini seperti :
1)    Al Farazi : pencipta Astro lobe
2)    Al Gattani/Al Betagnius
3)    Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4)    Al Farghoni atau Al Fragenius
e.       Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik,
seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
2. Ilmu Naqli
a.    Ilmu Tafsir
b.    Ilmu Hadist
c.    Ilmu Kalam
d.    Ilmu Tasawuf
e.    Para Imam Fuqaha
2.3 Lembaga-lembaga pada masa Bani Abbasyiyah
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan –bangunan yang berupa:
a.    Kuttab
b.    Majlis Muhadharah
c.     Darul Hikmah
d.   Madrasah
e. Masjid
Lembaga-lembaga pendidikan sebelum madrasah
Adapun lembaga-lembaga pendidikan islam yang sebelum kebangkitan madrasah pada masa klasik, adalah:
1. Suffah
2. Kuttab atau maktab.
3. Halaqah.
4. Majlis.
5. Masjid
6. Khan
7. Ribarth
8. Rumah – Ulama
9. Toko-toko buku dan perpustakaan
10. Rumah sakit
11. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badui)
Madrasah
1. Sejarah dan motivasi pendirian madrasah
Lahirnya lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan pengembangan dari sistem pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di mesjid-mesjid.
Disisi lain, syalabi mengemukakan bahwa perkembangan dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung, menurutnya madrasah sebagai konsekuensi logis dari semakin ramainya pengajian di masjid yang fungsi utamanya adalah ibadah. Agar tidak kegiatan ibadah, dibuatlah tempat khusus untuk belajar yang dikenal madrasah.
Meskipun madrasah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran didunia islam baru timbul sekitara abad ke-14 H, ini bukan berarti bahwa sejak awal perkembangannya islam tidak mempunyai lembaga pendidikan dan pengajaran. Pada awal telah berdiri madrasah yang menjadi cikal bakal munculnya madrasah nizamiyah, madrasah tersebut berada diwilayah Persia, tepatnya di daerah Nisyapur, misalnya madrasah al-baihaqiyah, madrasah sa’idiyah dan madrasah yang terdapat di Khusan.
2. Madrasah Nizhamiyah.
Madrasah nizhamiyah merupakan pertotipe awal bagi lembaga pendidikan tinggi, ia juga dianggap sebagai tonggak baru dalam penyelenggaraan pendidikan islam, dan merupakan karakteristik tradisi pendidikan islam sebagai suatu lembaga pendidikan resmi dengan sistem asrama. Pemerintah atau penguasa ikut terlibat didalam menentukan tujuan, kurikulum, tenaga pengajar, pendanaan, sarana fisik dan lain-lain.
Kendati madrasah nizhamiyah mampu melestarikan tradisi keilmuan dan menyebarkan ajaran islam dalam persi tertentu. Tetapi keterkaitan dengan standarisasi dan pelestarian ajaran kurang mampu menunjang pengembangan ilmu dan penelitian yang inofatif.
3. Madrasah di Mekah dan Madinah.
Informasi tentang madrasah mendapat dukungan banyak dari berbagai leteratur. Namun sayang para sejarawan tidak cukup tertarik berbicara madrasan di Mekah dan Madinah. Hal ini mengakibatkan pelacakan informasi tentang permasalahan tersebut kurang lengkap.
Lebih lanjut secara kuantitatif madrasah di Mekah lebih banyak dibandingkan di Madinah. Diantara madrasah Abu Hanifah, Maliki, madrasah ursufiyah, madrasah muzhafariah, sedangkan madrasah megah yang dijumpai di Mekah adalah madrasah qoi’it bey, didirikan oleh Sultan Mamluk di Mesir.
2.4. kurikulum pendidikan pada masa bani Abbasyiyah
Kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan Islam saat itu, yaitu :
1.    kurikulum pendidikan tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip-prinsip dasar Matematika dan pelajaran syair. Ada juga yang menambahnya dengan mata pelajaran nahwu dan cerita-cerita. Ada juga kurikulum yang dikembangkan sebatas menghapal Al-Quran dan mengkaji dasar-dasar pokok agama.
2. kurikulum pendidikan tinggi. Pada pendidikan tinggi, kurikulum sejalan dengan fase dimana dunia Islam mempersiapkan diri untuk memperdalam masalah agama, menyiarkan dan mempertahankannya. Akan tetapi bukan berarti pada saat itu, yang diajarkan melulu agama, karena ilmu yang erat kaitannya dengan agama seperti bahasa, sejarah, tafsir dan hadis juga diajarkan.
Kurikulum pendidikan islam sebelum berdirinya madrasah.
  1. Kurikulum pendidikan rendah
Sebelum berdirinya madrasah, tidak ada tingkatan dalam pendidikan islam, tetapi hanya satu tingkat yang bermula dikuttab dan berakhir didiskusi halaqah. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat islam, dilembaga kuttab biasanya diajarkan membaca dan menulis disamping al-qur’an, kadang diajarkan bahasa nahwu dan sebagaiy. Sedangkan kurikulum yang ditawarkan oleh Ibnu Sina untuk tingkat ini adalah mengajari al-qur’an, karena anak-anak dari segi fisik dan mental telah siap menerima pendiktean.
  1. Kurikulum pendidikan tinggi.
Kurikulum pendidikan tinggi, berpariasi tergantung pada syaikh yang mau mengajar para mahasiswa tidak terikat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk mengikuti kurikulum tertentu. Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama dan jurusan ilmu pengetahuan.
Al-Khuwarazmi (Yusuf al-kutub, tahun 976) meringkas kurikulum agama sebagai berikut: Ilmu Fiqih, ilmu nahwu, ilmu kalam, ilmu kitabah (sekretaris), ilmu arudh, dan lain-lain.
Ikhwan Al-Ahafa mengklasifikasikan ilmu-ilmu umum kepada:
1) Disiplin-disiplin umum
2) Ilmu-ilmu filosofis.
2. Kurikulum setelah berdirinya madrasah.
Berdirinya madrasah, pada satu sisi, merupakan sumbangan islam bagi peradaban sesudahnya, tapi pada sisi lain membawa dampak yang buruk bagi dunia pendidikan setelah hegomoni negara terlalu kuat terhadap madrasah ini. Akibatnya kurikulum madrasah ini dibatasi hanya pada wilayah hukum (fiqih) dan teologi. ”pemakruhan” penggunaan nalar setelah runtuhnya Mu’tazilah, ilmu-ilmu profan yang sangat dicurigai dihapus dari kurikulum madrasah, mereka yang punya minat besar terhadap ilmu-ilmu ini terpaksa belajar sendiri-sendiri. Karenanya ilmu-ilmu profan banyak berkembang di lembaga nonformal.
Pada masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:
1.Tingkat sekolah rendah
2.Tingkat sekolah menengah
3.Tingkat perguruan tinggi




BAB III
KESIMPULAN
Pada masa bani Abbasyiyah, pendidikan islam sangat berkembang pesat terutama pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Pada masa pemerintahannya, banyak bermunculan pemikiran-pemikiran baru yang berhubungan dengan ilmu agama dan ilmu umum. Dan juga bermunculah tokoh-tokoh pendidikan islam yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan agama maupun pendidikan umum.
Pada masa pemerintaha Ar-Rasyid banyak dibangun lembaga-lembaga pendidikan seperti Suffah, kuttab/maktab, halaqoh, majlis, masjid, khan, ribbat, rumah – ulama, rumah sakit, toko buku – perpustakaan, dan badiah. Juga yang sampai saat ini masih dipergunakan oleh para pelajar untuk belajar pendidikan umum dan agama, yaitu Madrasah.






























DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr.H.Abbudin Nata, M.A. Sejarah pendidikan Islam , Prenada Media Group, Jakarta kencana, 2011


No comments:

Post a Comment